11 Juli 2015

H. Imam Syafi’i, Sosok Pejuang Istiqomah Panutan Umat




Sabar, telaten, humoris, tegas dan lugas begitulah kesan yang tersemat pada guru kita, K.H. Drs. Imam Syafi’i. Beliau adalah seorang murabbi (pendidik sejati) yang selalu mengabdikan hidupnya untuk membimbing para santri dan murid yang diasuhnya. Sejak tahun 1991 hinnga kini beliau masih terus mengajar  di MTs Sayyid Yusuf Talango. Sudah ratusan bahkan ribuan murid atau santri yang telah menimba ilmu dari beliau. Tidak hanya itu, di mata masyarakat beliau dikenal sebagai tokoh agama yang kharismatik.  Maka tak heran jika beliau dipercaya mengemban amanah mulya. Diantaranya menjadi pengasuh Panti Asuhan yang mengurus anak yatim dan anak miskin sejak tahun 2001-sekarang. Selain itu, di bidang birokrasi,  beliau mendapat  kepercayaan menjadi pengurus KUA dan pernah menjadi ketua Badan Perwakilan Desa (BPD).
Pencapain tersebut tentu tidak dicapai dengan mudah. Beragam rintangan dan penderitaan telah beliau alami sejak masih kecil. Beliau lahir di desa kalianget Timur kabupaten Sumenep pada tanggal 29Maret 1952.  Beliau termasuk putra yang kelima dan dari enam bersaudara.  Pada masa kecil ketika baru beranjak umur 14 tahun, beliau telah ditinggal ayah tercinta. Beliau pun harus rela menjadi anak yatim dan menangung beban hidup sendiri bersama ibundanya.  Disamping beban untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, beliau harus menyelesaikan pendidikan. Sehingga ketika pulang dari sekolah, beliau harus bekerja demi menyambung hidup dan memenuhi biaya sekolah.  Berkat kesabaran dan kerja keras beliau mampu menuntaskan pendidikan yang dicita-citakan. Setelah kepergian sang ayah, ketika itu beliau telah lulus SD, lalu melanjutkan kejenjang MTs Tarate Sumenep kemudian ke SMA Miftahul Ulum Kolor Sumenep. Pendidikan akhir yang beliau tempuh di Fakultas Tarbiyah  Annuqayah Guluk-Guluk Sumenep. Di sanalah beliau menyabet gelar sarjana di bidang keagamaan.
Kini beliau sudah berusia 60 tahun, namun layaknya ketika beliau masih muda, semangat dan kegigihannya tidak pernah surut. Beliau tetap mengabdikan dirinya kepada umat. Mengajar, mengisi pengajian dan membimbing masyarakat beliau tekuni dengan ikhlas. Rupanya, keikhlasan inilah yang menjadi berkah untuk mewujudkan impian yang sudah lama terpendam. Tepat pada tahun 2012, beliau mendapat kehormatan sebagai tamu Allah untuk menuntaskan rukun Islam yang ke-lima, yakni menunaikan ibadah haji ke tanah suci Makkah. Perasaan bahagia bercampur haru menjadi satu ketika beliau memeluk Ka’bah dan berziarah ke Makam Rasulullah. Pengalaman yang tidak akan bisa terlupakan sepanjang hidupnya. Betapa agungnya anugrah Allah bagi hambanya yang tulus dan berhati mulia.
Perjalanan hidup beliau tentu layak dijadikan uswah yang inspiratif bagi para murid dan santrinya, terutama yang hidup dari keluarga sederhana. Bahwa dalam hidup ini tidak ada yang tidak mungkin. Ketika semangat berkobar dan cita-cita setinggi langit, maka sesuatu yang seolah tidak mungkin, pada akhirnya akan tercapai juga. Guru kita, Drs. Imam Syafi’i telah mampu membuktikan itu. Inilah ungkapan beliau yang selalu menjadi pelecut semangat dalam hidupnya: ”Berawal dari sebuah mimpi ingin hidup sempurna dunia-akhirat, lalu berjuang dan tawakkal kepada Allah swt, karena hidup di dunia adalah perjuangan. Orang yang berjuang insyaAllah akan diberikan hidayah dan inayah. Orang yang berjuang  akan diberi ketentraman dalam hatinya, sedangkan orang yang mudah putus asa  suatu saat akan kandas di tengah jalan. Manusia memang sepantasnya berjuang di jalan yang diridhai Allah SWT”.
        Benar kata pepatah ”Berakit–rakit ke hulu berenang ke tepian”, artinya sakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian. Hidup memang harus mengalami proses yang melelahkan agar nantinya merasakan hidup yang menyenangkan. Sebagai pamungkas, ada satu pesan yang beliau ungkapkan bagi siswa-siswi Mts & SMA Sayyid Yusuf:  “Menuntut ilmu dengan benar dan bersungguh-sungguh. Memiliki mimpi dan cita-cita yang tinggi lalu berusaha dan optimis, semangat dan tawakkal kepada Allah, sehingga menjadi orang yang sukses dunia dan akhirat. Seekor burung terbang dengan kedua sayapnya, manusia terbang dengan cita-citanya. Gantungkanlah cita-citamu di cakrawala langit meskipun kaki berjalan di tanah”. Semoga kita menapak tilasi hidup beliau. Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar