Sabar, telaten, humoris, tegas dan lugas begitulah
kesan yang tersemat pada guru kita, K.H. Drs. Imam Syafi’i. Beliau adalah seorang
murabbi (pendidik sejati) yang selalu mengabdikan hidupnya untuk membimbing para santri dan murid
yang diasuhnya. Sejak tahun 1991 hinnga kini beliau masih terus mengajar di MTs Sayyid Yusuf Talango. Sudah ratusan bahkan ribuan murid atau santri
yang telah menimba ilmu dari beliau.
Tidak hanya itu, di mata masyarakat beliau dikenal sebagai tokoh
agama yang kharismatik. Maka tak heran jika beliau dipercaya mengemban
amanah mulya. Diantaranya menjadi pengasuh Panti Asuhan
yang mengurus anak yatim dan anak miskin sejak tahun
2001-sekarang. Selain itu, di bidang birokrasi, beliau mendapat kepercayaan menjadi pengurus KUA dan pernah menjadi
ketua Badan Perwakilan Desa (BPD).
Pencapain tersebut tentu
tidak dicapai dengan mudah. Beragam rintangan dan penderitaan telah beliau alami
sejak masih kecil. Beliau lahir di desa kalianget Timur kabupaten Sumenep pada tanggal 29Maret 1952. Beliau termasuk putra yang kelima dan dari enam
bersaudara. Pada masa kecil ketika baru beranjak
umur 14 tahun, beliau telah ditinggal ayah tercinta. Beliau pun harus rela menjadi
anak yatim dan menangung beban hidup sendiri bersama ibundanya. Disamping beban untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari,
beliau harus menyelesaikan pendidikan. Sehingga ketika pulang dari sekolah,
beliau harus bekerja demi menyambung hidup dan memenuhi biaya sekolah. Berkat kesabaran dan kerja keras beliau mampu menuntaskan
pendidikan yang dicita-citakan. Setelah kepergian sang
ayah, ketika
itu beliau telah lulus SD, lalu melanjutkan kejenjang MTs Tarate Sumenep
kemudian ke SMA Miftahul Ulum Kolor Sumenep. Pendidikan akhir yang beliau tempuh
di Fakultas
Tarbiyah Annuqayah Guluk-Guluk Sumenep.
Di sanalah beliau menyabet gelar sarjana di bidang keagamaan.
Kini beliau sudah berusia
60 tahun, namun layaknya ketika beliau masih muda, semangat dan kegigihannya tidak
pernah surut. Beliau tetap mengabdikan dirinya kepada umat. Mengajar, mengisi pengajian dan membimbing masyarakat beliau tekuni dengan ikhlas. Rupanya,
keikhlasan inilah yang menjadi berkah untuk mewujudkan impian yang sudah lama
terpendam. Tepat pada tahun 2012, beliau mendapat kehormatan sebagai tamu Allah
untuk menuntaskan rukun Islam yang ke-lima, yakni menunaikan ibadah haji ke tanah
suci Makkah. Perasaan bahagia bercampur haru menjadi satu ketika beliau memeluk
Ka’bah dan berziarah ke Makam Rasulullah. Pengalaman yang tidak akan bisa
terlupakan sepanjang hidupnya. Betapa agungnya anugrah Allah bagi hambanya yang
tulus dan berhati mulia.
Perjalanan hidup beliau tentu layak dijadikan uswah
yang inspiratif
bagi
para
murid
dan santrinya,
terutama yang hidup
dari
keluarga
sederhana.
Bahwa dalam hidup ini tidak ada yang tidak mungkin. Ketika semangat berkobar
dan cita-cita setinggi langit, maka sesuatu yang seolah tidak mungkin, pada
akhirnya akan tercapai juga. Guru kita, Drs. Imam Syafi’i telah mampu
membuktikan itu. Inilah ungkapan beliau yang selalu menjadi pelecut semangat
dalam hidupnya: ”Berawal dari sebuah mimpi ingin hidup sempurna dunia-akhirat,
lalu berjuang dan tawakkal kepada Allah swt, karena hidup di dunia adalah
perjuangan. Orang yang berjuang insyaAllah akan diberikan hidayah dan inayah. Orang
yang berjuang akan diberi ketentraman
dalam hatinya, sedangkan orang yang mudah putus asa suatu saat akan kandas di tengah jalan.
Manusia memang sepantasnya berjuang di jalan yang diridhai Allah SWT”.
Benar
kata pepatah ”Berakit–rakit ke hulu berenang ke tepian”, artinya sakit-sakit dahulu,
bersenang-senang kemudian. Hidup memang harus mengalami proses yang melelahkan
agar nantinya merasakan hidup yang menyenangkan. Sebagai pamungkas, ada satu
pesan yang beliau ungkapkan bagi siswa-siswi Mts & SMA Sayyid Yusuf: “Menuntut ilmu dengan benar dan
bersungguh-sungguh. Memiliki mimpi dan cita-cita yang tinggi lalu berusaha dan
optimis, semangat dan tawakkal kepada Allah, sehingga menjadi orang yang sukses
dunia dan akhirat. Seekor burung terbang dengan kedua sayapnya, manusia terbang
dengan cita-citanya. Gantungkanlah cita-citamu di cakrawala langit meskipun
kaki berjalan di tanah”. Semoga kita menapak tilasi hidup beliau. Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar